Ahmad Sahroni, Anak Priok Meraih Mimpi
Utama 17.07
Tanjung Priok - Memulai hidup dari nol, jalan hidup Ahmad
Sahroni, atau yang lebih dikenal dengan ‘Roni Priok’ cukup berliku. Awalnya
menderita, namun kini pria yang telah berusia 36 tahun ini justru bisa meraih kesuksesan.
Siapa sangka anak penjual nasi Padang di pelabuhan Tanjung
Priok yang hanya bermodal tekad, semangat dan kegigihan ini dapat meraih
sukses.
Ahmad Sahroni, merupakan pria asli Tanjung Priok, Jakarta Utara. Anak pertama yang lahir 8 Agustus 1977 silam itu berasal dari keluarga sederhana. Sejak kecil dia sudah bekerja demi bisa mendapatkan uang jajan, mulai bekerja menjadi tukang ojek payung hingga semir sepatu
Ahmad Sahroni, merupakan pria asli Tanjung Priok, Jakarta Utara. Anak pertama yang lahir 8 Agustus 1977 silam itu berasal dari keluarga sederhana. Sejak kecil dia sudah bekerja demi bisa mendapatkan uang jajan, mulai bekerja menjadi tukang ojek payung hingga semir sepatu
"Dulu, saya pernah termenung, dan menghayal suatu saat
dapat memiliki rumah dan mobil. Selain itu, ia juga mengaku sempat berhayal ingin masuk DPR karena melihat gagahnya
mereka memakai jas dan dasi. Ternyata, tanpa duduk di parlemen pun hidup saya
sudah berkecukupan," kata pria berkulit putih itu dalam launching bukunya
berjudul Ahmad Sahroni; Anak Priok Meriah Mimpi, di GOR Jakarta Utara, kemarin.
Dalam sambutannya, Roni menceritakan, setelah selepas dari SMAN 114, Cilincing, dia kemudian menggantungkan
nasibnya di kawasan Priok, tempat tinggalnya yang merupakan kawasan kumuh dan miskin.
"Saya punya harapan ingin maju. Mungkin bisa saja saya mengikuti jejeak nenek dan ibu sebagai penjual nasi Padang. Tetapi saya bersukur ada sesuatu yang luar biasa yang terjadi dalam hidup saya sehingga saya terhindar menjadi pedagang nasi Padang karena ada orang-orang hebat yang saya temui dalam perjalanan hidup saya," ungkap Roni panjang lebar.
"Saya punya harapan ingin maju. Mungkin bisa saja saya mengikuti jejeak nenek dan ibu sebagai penjual nasi Padang. Tetapi saya bersukur ada sesuatu yang luar biasa yang terjadi dalam hidup saya sehingga saya terhindar menjadi pedagang nasi Padang karena ada orang-orang hebat yang saya temui dalam perjalanan hidup saya," ungkap Roni panjang lebar.
Nenek dan ibunya telah membelokan jalan hidup Roni dan tak
membiarkannya larut dalam kerasnya kehidupan Priok. "Uneh dan Mamak
(panggilan untuk nenek dan ibunya) selalu mengingatkan saya sholat untuk doa
buat keselamatan saya sekaligus membukakan jalan untuk keberhasilan saya. Dan
alhamdulillah saya bisa seperti sekarang," kata pria yang merintis karir
bekerja di kapal asing dan beberapa perusahaan hingga kini
menjadi pengusaha. Bahkan sekarang, Roni merupakan Ketua Ferrari Owner's.
Di tengah kesibukannya menjadi pebisnis dan presiden FOCI,
Roni yang tinggal di Jalan Swasembada Timur, Kebon Bawang, Priok, Jakarta
Utara, juga kini menjadi calon
anggota DPR RI dari partai Nasdem. "Saya punya cita-cita jadi menteri, karena
di Priok belum ada perwakilan menjadi menteri," katanya bersemangat.
Dalam Launching buku tersebut, turut hadir Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Surya Paloh, Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Putut Eko Bayuseno serta sejumlah tokoh dari Parta Nasdem dan dimeriahkan oleh penampilan Sean Idol.
Dalam Launching buku tersebut, turut hadir Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Surya Paloh, Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Putut Eko Bayuseno serta sejumlah tokoh dari Parta Nasdem dan dimeriahkan oleh penampilan Sean Idol.
Buku setebal 131 halaman yang terdiri dari tiga bab ini
ditulis oleh Fenty Effendy dengan gaya bahasa yang mengalir, apa adanya dan
tanpa menggurui. Bisa jadi Fenty piawai menulis karena dia berkarir sebagai
jurnalis di beberapa media Majalah Forum, ANTV, Metro TV dan TV One.
Sementara, Surya Paloh dalam sambutannya mengatakan, selama
ini dirinya selalu merasa sebagai salah satu anak bangsa yang dapat mengecap
kesuksesan di usia yang dimiliki. "Namun, kini saya sadar bahwa Ahmad
Sahroni, seorang yang memulai perjuangan hidupnya dari bawah sama seperti
dirinya lebih hebat darinya.
Roni dapat meraih kesuksesan di usia yang masih sangat muda.
Ini tentunya merupakan sebuah prestasi dan dapat menjadi pedoman bagi anak muda
khususnya di wilayah Jakarta Utara, tempat Roni berasal. Saya bangga sekali dan
semoga Roni ke depan semakin sukses dan tetap menjadi Roni seperti sekarang
ini," tegasnya.
Sedangkan Fenty, merupakan penulis biografi para tokoh yang
sudah melahirkan beberapa karya antara
lain Titik Balik BIMA ARYA tahun 2013, Buku Karni Ilyas Untuk Berita tahun
2012, lalu Buku Tiga Tahun Untuk Selamanya. Catatan HIPMI 1972-2011 (ditulis
bersama Neneng Herbawati), Buku Mereka Bicara JK tahun 2009 dan Buku Agum
Gumelar-Jenderal Bersenjata Nurani tahun 2004.
Wanita asal Minang ini juga menjadi periset dan reporter
untuk Buku Barack Obama. The Story tahun 2012 yang ditulis oleh wartawan senior
The Washington Post, David Maraniss. Dia juga menyunting buku Adrianto
Machribie-Setia Kepada Integritas dan Profesionalitas tahun 2011 dan Buku Ibnu
Sutowo-Saatnya Saya Bercerita tahun 2008.
"Saya melihat sosok Roni memiliki zig zag kehidupan menarik. Pada dasarnya semua orang adalah kaya. Orang bisa tanpa terkecuali memiliki apa yang dilakukan Roni yaitu kerja keras, tidak gampang menyerah, sabar dan jujur. Sayang, kita kebanyakan lupa bahwa harta itu melekat dalam diri kita," ujar Fenty yang kini akan memfokuskan diri sebagai penulis dan meninggalkan karirnya sebagai jurnalis televisi. *Agus/Jimmy
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :
Dikirim oleh GLOBAL MEDIA online
pada 17.07.
dan Dikategorikan pada
Utama
.
Kamu dapat meninggalkan komentar atau pesan terkait berita / artikel diatas